Cari Blog Ini

Minggu, 13 November 2011

musik

Punk Rock Islami dari Reruntuhan Sarajevo  

Zabranjeno Pušenje
TEMPO Interaktif, Sarajevo - Pertalian antara musik rok dan Islam boleh jadi tampak ganjil atau mengherankan. Tetapi bagi warga muslim Kota Sarajevo, ini bukan hal yang baru. Orang-orang setempat telah merasakannya selama beberapa dasawarsa dan bentuk baru pertalian ini diperlihatkan melalui buku The Taqwacores, yang telah lama menjadi nama gerakan musik punk yang mengambil inspirasi dari agama dan budaya Islam.

Pada era komunis, ketika Bosnia masih menjadi bagian Yugoslavia, Kota Sarajevo merupakan pusat kebudayaan pop serta berbagai subkultur. Pada awal 1980-an, muncullah grup band rock Taqwacore, yang terilhami serta fokus pada rock alternatif dan musik gelombang baru. Nama band ini adalah Zabranjeno Pušenje, yang berarti "dilarang merokok".

Band yang beranggotakan musisi Kristen, Katolik, dan Islam ini menekankan bahwa mereka bukan sekadar "orang Bosnia", tapi mulai terkenal karena mereka menggunakan sindiran dan parodi dalam musik. Bahkan di akhir era komunis, saat terjadi pengepungan militer di Sarajevo dan perang di Bosnia pada 1990-an, grup ini terus mencipta ironi dari situasi sehari-hari di negaranya dan negara lain di Balkan lewat musik mereka.

Selama bertahun-tahun mereka berkolaborasi dengan kor muslimah Arabeske yang berhimpun di masjid Zagreb, ibu kota Kroasia, dan kelompok penyanyi perempuan dari Sekolah Tinggi Kajian Islam Sarajevo.

Salah satu lagu terpopuler mereka, Kad Procvatu Behari (Ketika Tetumbuhan Bersemi) atau Ovo Nebo Nad Nama (Langit di Atas Kita Ini), merupakan kombinasi melodi rock dan lagu-lagu Islami di Bosnia, yang disebut Ilahi atau Ilahija, suatu gaya musik yang memiliki akar tasawuf dan berasal dari Turki.

Lagu tersebut melampaui sekat-sekat etnis, dakwah agama, dan selera musik. Lantunan musiknya bahkan menyatukan orang-orang yang mengaku tidak ingin memiliki kesamaan dengan orang dari etnis atau agama lain: nasionalis garis keras atau orang Katolik, Islam, Kristen Ortodoks, ateis, dan agnostis yang konservatif. Salah satu bait lagu itu berbunyi "Langit di atas kita ini, adalah sebuah bayangan tirai, dengan tujuh petala langit, dan semuanya di tengah-tengah dada kita", yang sepertinya merujuk pada tujuh tingkatan langit yang sama-sama dikenal dalam kosmologi Yahudi, Kristen, dan Islam.

Orang-orang yang biasanya saling memprovokasi di forum-forum Internet dan Facebook mengunjungi YouTube untuk mendengarkan lagu itu dan banyak dari mereka memberi komentar dukungan terhadap grup musik ini. Entah daya tariknya berasal dari liriknya yang unik, perpaduan kuat suara penyanyi perempuan, ataukah melodinya, tidaklah jelas; tidak ada yang bisa menjelaskan persisnya mengapa mereka menyukai lagu ini. Tetapi lagu ini telah membuat tertarik orang-orang dari seantero Balkan, termasuk orang-orang yang tidak pernah mengunjungi Sarajevo sejak 1990-an karena dampak perang.

Kalau dibaca komentar-komentar di berbagai forum Internet tentang lagu ini, kekuatannya menjadi jelas. Entah itu orang Serbia yang bangga, yang bisa saja menyimpan perasaan memusuhi terhadap muslim Bosnia, entah itu orang muslim taat yang biasanya tidak mendengarkan musik punk rock, ataupun orang agnostis yang tidak percaya pada agama, lagu ini telah bisa menyentuh masing-masing mereka secara personal dan dengan demikian mencairkan prasangka yang mereka punya tentang orang-orang yang berbeda dari mereka.

Kemampuannya mendekatkan orang-orang bukanlah cuma fenomena di Internet. Di luar YouTube, forum Internet, dan Facebook, mereka mulai berkumpul untuk bertatap muka. Band ini, yang kini sedang melakukan tur, telah menyedot minat mereka ke berbagai konser dan telah menginspirasi rasa persatuan dan solidaritas setiap kali lagu itu ditampilkan secara langsung.

Seperti ditunjukkan tanggapan terhadap lagu Zabranjeno Pušenje, Kad Procvatu Behari. Musik rock bila dipadu dengan Islam, bisa melampaui perbedaan-perbedaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar